NEWS
Dark Mode
Large text article

Perjuangan Tak Kenal Usia, dari Tukang Kunci Menjadi Guru Berprestasi

 Oleh : Elsa Teresia Br Karo, Mahasiswa PJJ Komunikasi Universitas Siber Asia


ZTVNEWS.ID - Mengejar mimpi butuh banyak pengorbanan, mulai dari waktu, uang, hingga mental dan rohani. Setiap langkah punya tantangannya sendiri yang bikin kita harus pilih: bertahan atau menyerah. Kisah keren datang dari Bapak Hendri Ginting, S.Pd, seorang guru berusia 46 tahun yang lahir pada 18 Agustus 1978 di Desa Kempawa, Kec. Tanah Pinem, Kab. Dairi, Sumut. Perjalanannya dimulai sebagai tukang kunci di SDN 035939 Kempawa tahun 2008, saat dia berusia 30 tahun. Meski hanya lulusan SMP, dia tetap semangat jadi tukang kunci meski tahu tidak memenuhi syarat jadi guru.

Gaji awal Pak Hendri cuma 300 ribu per bulan dan pernah turun jadi 180 ribu per bulan selama setahun. Walau gajinya kecil, semangatnya tetap tinggi berkat dukungan keluarga, terutama istri tercinta. Selama jadi tukang kunci, dia sempat naik gaji jadi 500 ribu per bulan selama enam bulan. Meski cuma tukang kunci dan penjaga sekolah, Pak Hendri punya cita-cita besar jadi pendidik yang dianggapnya pekerjaan mulia. Dia sering menggantikan guru yang tidak hadir dan mengajar di kelas.

Gambar Iklan

Untuk meningkatkan pendidikannya, Pak Hendri ikut program Paket C dan masuk Universitas Terbuka Sidikalang tahun 2011. Lulus pada tahun 2016 dengan gelar S.Pd, dia tetap semangat meski merasa sedih karena tidak bisa jadi pegawai negeri karena usia. Meski tidak ikut wisuda, dia tetap mengajar dengan prinsip bahwa ijazah dan ilmu yang didapat adalah pondasi untuk mendidik keluarga dan murid-muridnya.

Tahun 2022, pemerintah membuka program PPPK (P3K) yang bisa diikuti semua guru honorer tanpa batas usia. Ini jadi peluang besar buat Pak Hendri. Awalnya, dia cemas karena banyak saingan dari guru-guru muda. Namun, dukungan dan doa dari istri dan keluarga membuatnya tetap semangat. Setelah ujian, pengumuman menyatakan bahwa Pak Hendri lulus di usia 44 tahun.

Dia mengucapkan terima kasih kepada istri, anak-anak, keluarga, terutama kakak kandung yang juga seorang guru dan memotivasinya, serta kepala desa yang awalnya mendorongnya bekerja sebagai penjaga sekolah. Perjuangan dan pengabdian Pak Hendri akhirnya membuahkan hasil dengan dedikasi dan kerja keras yang luar biasa. Kisah ini jadi motivasi buat anak muda atau siapa saja yang sedang berjuang meniti karir dan pendidikan, yang mungkin banyak mengalami kegagalan. Tidak ada proses yang instan; semuanya butuh perjuangan, usaha, serta doa yang keras. Kita yang menentukan masa depan kita, apakah mau bertahan atau menyerah. Tidak ada usaha yang sia-sia. Semoga pemerintah terus memperhatikan guru-guru yang bertahun-tahun mengabdi di daerah-daerah, terutama daerah 3T, karena mereka bertanggung jawab menjadikan generasi bangsa ini cerdas dan jadi pemimpin di masa depan.

Post a Comment